Kamis, 29 Januari 2009

Peranan Eye CAtcher dalam Iklan dan Masalah Pencariannya

PERANAN EYE CATHCER DALAM IKLAN DAN MASALAH PENCARIANNYA

Oleh :
Nova Kristiana

Setiap hari kehidupan kita dikelilingi oleh berbagai macam produk perusahaan. Mulai dari bangun pagi, kita melihat jam dinding, handphone. Di kamar mandi kita memakai sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo. Setelah itu kita lanjutkan dengan memakai berbagai jenis alat kosmetik. Ketika mau pergi kita mamakai pakaian ber merk, jam tangan, kendaraan. Kita mengenal dan akhirnya memilih produk-produk yang dipakai sehari-hari melalui iklan. Istilah iklan sering disebut dengan istilah yang berbeda-beda. Di Amerika disebut dengan Advertising, di Perancis disebut dengan reclamare (meneriakkan berulang-ulang), di Belanda menyebutkan Advertentie, bangsa Arab menyebutkan I’lan. Di Indonesia disebut sebagai Iklan mungkin adopsi dari Arab dan disesuaikan dengan lidah logat indonesia. Dunn dan Barban menuliskan sebagaimana yang dikutip Rendra Widyatama Iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial, maupun pribadi yang berkepentingan . Kegiatan beriklan sudah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Untuk menjual barangnya meski masih menggunakan sistem barter pada mulanya dilakukan dengan bentuk pesan berantai dari mulut ke mulut atau the word of mouth. Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Misalnya melalui pahatan di dinding, batu, atau juga papan. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Bentuk iklan pahatan di batu pada zaman Romawi kuno dapat dilihat pada sebuah stempel batu yang ditemukan di Inggris milik T. Vindaius Arioverstus yang isinya menjajakan obat yang paling mujarab dan tidak terkalahkan dengan merek Chloron, budak belian hijau . Setelah ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg maka periklanan dibuat dengan sistem percetakan uang dimuat di surat kabar. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.

Iklan di Indonesia
Di Indonesia Iklan pertama kali diperkenalkan oleh seorang Belanda yang bernama Jan Pieterzoon Coen, seorang Gubernur Belanda pada 1619 hingga 1629. Beliau juga adalah penerbit Bataviasche Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal. Di manado surat kabar pertama kali yang terbit adalah Tjahaja sijang 1869. Di semarang pada tahun 1864 sudah terbit surat kabar de locomotief. Kedua serat kabar di daerah tersebut sudah memuat iklan-iklan meskipun masih minimalis terbatas tulisan dan ilustrasi manual saja. Iklan-iklan yang bermunculan dibarengi dengan mulai berdirinya biro iklan.
Menurut Bedjo Riyanto dalam iklan surat kabar dan perubahan masyarakat di jawa Masa kolonial (1870-1915) bentuk pribumisasi dalam desain grafis iklan surat kabar dimulai sejak abad ke 20 yakni dengan tampilnya rancangan iklan yang mengangkat khazanah visual kehidupan masyarakat lokal. Pengaruh perupaan barat, yakni gaya art noveau atau artdeco juga mulai tampak
Reclamebedrijt adalah biro iklan terbesar pada saat itu dan disusul oleh Biro iklan di daerah solo bernama NVljong Hok Long pada 1901 dimiliki oleh keturunan Tionghoa yang kemudian diikuti oleh Bureau Rekiame Lauw Djin Selanjutnya disusul oleh biro-biro iklan di Semarang seperti Liem Eng Tjang & Co.,Tjioe Twan Ling, dan Ko Tioen Siang.Tjong Hok Long dan Lauw Djin awalnya sering memproduksi iklan-iklan batik yang tergabung dalam perusahaan Kong Sing. Peralatan yang dipakainya masih sangat sederhana dan minimalis seadanya sehingga Iklan-iklan yang dihasilkan umumnya menggunakan tulisan tangan, dan produk-produk yang diiklankan terbatas pada kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti sabun, rokok, obat-obatan dan batik.

Gambar 1
Poster iklan rokok Lisong
(Sumber: www.warungbarangantik.blogspot.com)

Gambar poster iklan diatas merupakan gambar iklan kolom di suatu surat kabar pada tahun 1930an. Iklan rokok Lisong ( cerutu) adalah rokok buatan Holland diimpor oleh Fa. F Geelen. Dengan semboyan " Doeloe No 1, Sekarang Tetep No.1 " Dengan ilustrasi seorang model pria berkumis bergaya bak Musketter bertopi besar dengan hiasan bulu-bulu, tapi tanpa lisong yang dihisap atau dipegang. Tak cuma kecap yang nomor satu. Lisong pun perlu untuk ngecap nomor 1. Dapat diketahui bahwa aturan iklan rokok tanpa harus memperlihatkan wujud rokok sudah ada sejak zaman dahulu.
Perkembangan iklan di indonesia semakin meningkat dan gemilang pada tahun 1970 karena situasi ekonomi yang semakin terbuka dan dan ditambah dengan semakin berkembangnya media-media baru seperti surat kabar, majalah, radio hingga televisi. Situasi dunia periklanan yang semakin berkembang diiringi pula dengan munculnya biro-biro iklan yang baru. Peran iklan bukan hanya sebagai informator tetapi sebagai penyalur komunikasi dari barang atau jasa hingga sampai ke konsumen. Pada tahun tersebut konsumen dalam hal ini masyarakat belum sepenuhnya mengenal produk-produk baru sehingga masih sangat perlu informasi tentang produk itu dan manfaatnya. Pada tahun 1980an iklan sudah mengalami perkembangan lagi yaitu bukan hanya sekedar mengenalkan produk tetapi sudah merambah ke gaya hidup audiens. Bahasa iklan yang dipakai sudah mulai menyesuaikan target audiensnya, misalnya untuk produk anak muda bahasa iklan yang dipakai bahasa gaul yang berkembang pada saat itu, berbeda dengan bahasa iklan yang dipakai untuk target audiens ibu-ibu atau orang tua. Perkembangan dunia iklan semakin meningkat dan simbolisasi pencitraan produk mendominasi teks iklan. Media dalam membuat iklan juga semakin berkembang sehingga daya kreativitas dan iklan yang dihasilkan juga semakin bervariasi, tanpa harus melupakan tujuan utama iklan yaitu mempengaruhi audiens untuk membeli produk yang ditawarkan (diiklankan).
Beberapa ahli mengartikan iklan dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang komunikasi iklan cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dari sudut pandang ekonomi iklan dipandang sebagai alat pemasaran untuk menjual produk yang menghasilkan keuntungan. Dari sudut pandang iklan cenderung menekankan penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif dan disampaikan melalui media khusus. Menurut Liliweri iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang memberikan layanan, serta gagasan atau ide, melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif . Untuk mengkomunikasikan pesan kepada komunikan tidak hanya sekedar penyampaian pesan belaka, tetapi dibuat lebih kreatif melalui media agar terasa lebih indah untuk dinikmati. Seperti halnya seni menurut Jacquis Maritain dan George Santayana art is the creation of beauty, seni adalah penciptaan keindahan yang diartikan dalam hubungannya dengan keindahan .
Dalam bukunya Soedarso Sp mengutip pendapat Thomas Munro bahwa seni adalah alat buatan manusia yang dibuat untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut termasuk tanggapan-tanggapan hasil dari pengamatan, pengenalan, imajinasi, baik yang rasional maupun yang emosional . Iklan merupakan karya seni yang memiliki salah satu tujuan yaitu mempengaruhi psikologis audiens bersifat persuasi, artinya dengan beriklan membujuk audiens untuk membeli produk yang ditawarkan melalui visualisasi iklan.
Jenis Iklan
Jenis-jenis iklan di Indonesia banyak dan bermacam-macam berdasarkan media yang digunakan, tujuan, bidang isi pesan, komunikatornya, wujud pokok yang diiklankan, khalayak sasaran iklan, cakupan atau wilayah sasaran, fungsinya dan teknik pendekatan penyampaian pesan.
Iklan berdasarkan media yang digunakan terdiri dari iklan cetak dan iklan elektronik. Iklan cetak yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi . Bentuk iklan cetak misalnya poster, spanduk, baliho, iklan cetak majalah, iklan cetak surat kabar, balon udara, dll. Iklan media elektronik yaitu iklan yang menggunakan media elektronik sebagai pemasangannya misalnya iklan radio, televisi,, dan iklan di jaringan internet.
Berdasarkan tujuannya iklan terdiri atas iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Iklan komersial adalah iklan yang menawarkan produk barang atau jasa dengan tujuan mencari keuntungan secara ekonomi. Sedangkan Iklan Layanan Masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial.



Gambar 2
Iklan Layanan Masyarakat
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3
Iklan Komersial
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Struktur Iklan
Struktur iklan dalam media cetak dan media elektronik hampir sama namun bentuknya berbeda. Yang membedakan ialah karakteristik medianya. Karakter media cetak diantaranya adalah mudah dilihat, waktu lama, bisa berulang kali sesuai keinginan kita sehingga struktur iklan media cetak dapat dengan mudah dilihat dan diamati. Secara umum bentuk iklan dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu bagian Headline, ilustrasi dan bagian Bodycopy. Bagian headline pada umumnya berfungsi sebagai kunci pembuka untuk menempatkan positioning iklan. Headline disebut juga sebagai judul iklan yang pertamakali dibaca audiens.
Bagian ilustrasi pada iklan media cetak memegang peranan penting. Ilustrasi iklan sering berperan sebagai eye catcher. Eye catcher sering disebut sebagai point of interest, point of view, focal point, dan daya tarik. Eye Catcher merupakan elemen yang berfungsi menarik, mengikat mata pengamat pada titik tertentu, untuk mengamati lebih dalam dan memahami isi pesan dari iklan tersebut. Ilustrasi merupakan terjemahan konsep-konsep positioning yang tidak mampu diterjemahkan secara visual.
Model ilustrasi iklan pada umumnya terbagi dalam 2 jenis, yaitu concretizing dan imagery. Concretizing merupakan terjemahan ide secara nyata. Concretizing didasarkan ide-ide langsung . Sedangkan imagery merupakan visualisasi dari ide-ide abstrak yang tidak memiliki ‘perwakilan’ bentuk-benetuk visual secara langsung. Imagery dilakukan bila secara verbal konsep-konsep periklanan sulit untuk diterjemahkan.
Bagian iklan yang ketiga adalah bodycopy. Bodycopy pada umumnya brisi tentang penjelasan yang lebih rinci terhadap produk yang diiklankan. Bagian bodycopy menjelaskan apa saja mengenai produk yang diiklankan tanpa harus panjang lebar, supaya penikmat atau audiens penasaran dengan produk tersebut dan akhirnya mencari tahu tentang produk itu dan yang paling akhir yaitu membeli produk tersebut..

Gambar 4
Billboard rokok StarMild
(Dokumentasi penulis 2005 )

Gambar diatas merupakan salah satu iklan media luar ruang berbentuk Billboard event rokok StarMild. Menurut struktur iklan yang disebut sebagai Headline adalah tulisan Crushbone Basketball dan body copynya adalah tulisan yang menjelaskan tentang pelaksanaan perrtandingan dan hadiah. Di Billboard tersebut juga ada visualisasi ilustrasi seorang pemain basket sedang memegang bola yang seakan-akan siap dilemparkan atau dilambungkan ke ring basket didukung oleh latar belakang atau background billboard berwarna agak gelap dan terlihat kawat berjalin yang menunjukkan di dalam lapangan Basket. Antara headline, Ilustrasi dan Bodycopy memiliki kesatuan arah pandang mata, sehingga tidak ada unsur yang saling menutupi atau menonjolkan diri.


Strategi merancang eye catcher (daya tarik) pada iklan
Eye catcher merupakan daya tarik yang harus dimiliki suatu iklan untuk memikat perhatian audiens. Di dalam media cetak eye catcher bisa berupa layout, warna, tipografi, ilustrasi, Gaya yang digunakan dalam desain, dimana dengan melihat karya iklan itu perhatian audiens tertarik dan bukan hanya sekedar melihat tetapi penasaran untuk memahami lebih dalam materi yaitu pesan yang disampaikan dalam iklan media cetak tersebut.

Gambar 5
Iklan Blueband
(Sumber: Dokumentasi penulis)

Namun di dalam iklan media elektronik sedikit berbeda. Eye catcher dalam media elektronik dalam hal ini televisi meliputi:
Daya tarik Selebritis. Pada suatu iklan sangat menentukan pada minat masyarakat. Produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan salah satunya menggunakan daya tarik para tokoh masyarakat. Figur masyarakat tersebut dapat seorang bintang TV, aktor, aktris, pakar, orang yang berjasa, ilmuwan dan sebagainya. Selebritis merupakan juru bicara produk. Sebagai contoh iklan Kuku bima energi menggunakan tokoh mbah Marijan dan Chris John. Kedua tokoh tersebut adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang tidak ada hubungan sama sekali. Chris John adalah seorang atlit tinju indonesia yang sering menang dalam kejuaraan tinju, sedangkan mbah Marijan adalah tokoh dari desa Cangkringan lereng gunung Merapi. Pada mulanya Mbah Marijan hanya dikenal oleh penduduk sekitar sebagai juru kunci gunung Merapi, namun karena peristiwa meletusnya gunung Merapi dan ketangguhannya meredam gunung Merapi maka beliau dalam waktu singkat terkenal bukan hanya skala nasional tetapi internasional. Masyarakat sangat menghormati, mengagumi dan segan terhadap sosok mbah Marijan. Kesempatan kali ini tidak disia-siakan oleh biro iklan perusahaan Kuku Bima Energi untuk segera menggunakan tokoh mbah Marijan dan Chris John sebagai bintang iklan.
Audiens dalam hal ini sebagai konsumen berpikir bahwa sosok mbah Marijan mengkonsumsi Kukubima Energi hingga mrnjadi Roso (kuat) sampai-sampai bisa menaklukkan gunung Merapi dan Chris John selalu minum Kuku Bima Energi setiap mau bertanding. Sehingga dalam benak konsumen dengan meminum Kuku Bima Energi akan menjadi tangguh dan kuat tak terkalahkan seperti layaknya mbah Marijan dan Chris John. Sehingga dampak positif bagi perusahaan adalah daya beli masyarakat meningkat.
Selain kedua tokoh tersebut diatas, keluarga Ari Lasso, Sophia Latjuba dan Rhenald Kasali pakar periklanan juga membintangi iklan jamu Tolak Angin Sidomuncul.
Daya tarik humor atau parodi merupakan metode yang efektif untuk menarik perhatian audiens terhadap iklan. Humor atau parodi juga dapat memberi nilai tambah terhadap iklan atau produk yang diiklankan. Humor atau parodi akan lebih berhasil untuk produk yang tidak memperkenalkan melainkan mempertahankan produk di benak audiens. Survei yang dilakukan oleh eksekutif iklan tentang penggunakan humor akan efektif jika digunakan untuk menarik orang untuk melihat aplikasi multimedia (iklan) dan menciptakan kesadaran merek . Iklan yang dikreasikan dengan pendekatan parodi atau humor, Menurut Linda Hutcheon dalam artikelnya berjudul A Theory of Parody seperti ditulis Yasraf A. Piliang , dikatakan bahwa sejatinya parodi adalah sebuah relasi formal atau struktur antara dua teks. Artinya, sebuah teks baru diciptakan sebagai hasil dari sebuah sindiran, plesetan atau unsur lelucon dari bentuk, format atau rujukan teks. Dengan demikian, sebuah teks atau karya parodi biasanya lebih menekankan aspek penyimpangan atau plesetan dari teks atau karya rujukan yang biasanya serius .
Contoh iklan yang menggunakan daya tarik humor adalah Iklan yang sukses di berbagai media massa cetak dan elektronik, sejak awal Mei 2007, dapat ditemukan pada iklan Britama Bank BRI versi ‘’Korban Bahagia: Untung Beliung Britama’’. Iklan ‘’Korban Bahagia: Untung Beliung Britama’’ merupakan iklan Britama Bank BRI yang memanfaatkan momentum bencana alam angin puting beliung sebagai ungkapan kreatif visualisasi iklan tersebut. Angin puting beliung adalah suatu bentuk bencana yang terjadi dan membawa korban jiwa: meninggal dunia atau pun luka-luka, dan kerugian moril maupun materiil, didekonstruksi sedemikian rupa oleh biro iklan Britama Bank BRI menjadi sesuatu yang menghibur. Maksudnya dalam hal ini dengan menabung sejumlah uang ke rekening Britama Bank BRI, para nasabah akan menjadi korban bahagia (kata ‘’korban’’ secara denotatif senantiasa dirugikan, menderita, susah, dan sedih), karena mendapatkan untung beliung (plesetan dari kata angin puting beliung) berupa mobil. Sehingga audiens tidak takut lagi terhadap bencana yang menimpa mereka dan mereka ibaratkan bencana itu adalah bencana hadiah dari Tuhan yang harus kita terima apapun keadaannya.
Daya tarik kesalahan. Kesalahan itu terungkap jika ada pihak yang mengetahui. Orang merasa salah ketika melanggar peraturan, menyimpang dengan nilai standar atau kepercayaan, atau tidak bertanggungjawab. Daya tarik kesalahan dapat berjalan baik karena memotivasi individu dewasa secara emosi mengambil alih tanggungjawab tindakan terdepan untuk mengurangi tingkat kesalahan. Biro iklan menggunakan daya tarik kesalahan dan berusaha membujuk calon konsumen dengan menerapkan perasaan bersalah dapat diganti dengan menggunakan produk yang diiklankan atau ditunjukkan kesalahan agar konsumen tidak mengulangi kesalahan .
Sebagai contoh misalnya iklan A-Mild versi polisi sembunyi. Di dalam iklan tersebut divisualisasikan bahwa seorang wanita mengendarai mobil, dan disaat mau berbalik arah padahal tanda lalulintas dilarang berbalik, wanita tersebut nekat berbalik arah karena dilihat sekelilingnya sepi tidak ada mobil atau petugas dari kepolisian. Setelah berbalik arah tiba-tiba muncul polisi dengan tumbuh-tumbuhan menutupi tubuhnya meniup peluit dan menghampiri wanita pengendara mobil tersebut. Setelah berhasil menegurnya sang wanita hanya menjawab ‘kan tidak ada yang melihat’ dengan ekspresi malu dan sedikit kesal.


Gambar 6
Iklan A-Mild versi polisi sembunyi
(aumber: www. Marketinguadress.org )
Kesalahan wanita pengendara mobil dalam melanggar rambu-rambu lalulintas pada potongan iklan di atas merupakan daya tarik tersendiri bagi penikmat iklan atau audiens. Berangkat dari kebiasaan kita manakala kita taat kalau ada yang melihat dan kesalahan itu ada jika ada yag mengetahui. Biro iklan A-Mild sangat kreatif dalam menuangkan ide dari kebiasaan menjadi tontonan masyarakat. Iklan tersebut akan memposisikan di benak audiens dan akan mudah diingat audiens apalagi jika audiens menghadapi kenyataan seperti yang ada di iklan. Pasti audiens itu akan ingat dengan iklan tersebut dan tak kalah pentingnya audiens itu akan ingat juga produk yang diiklankan.
Daya tarik musik. Daya tarik musik hanya bisa diaplikasikan pada iklan media elektronik karena musik memerlukan kemampuan audio. Musik merupakan komponen penting dalam periklanan. Musik digunakan Untuk mempengaruhi perasaan pendengarnya, untuk menarik perhatian, menyampaikan titik penjualan, dan menetapkan nada emosi. Musik itu dapat berupa Jinggel, intro, tune terkenal, dan aransemen klasik dll yang dapat mendukung dan memperkuat karakteristik produk yang diiklankan. Dalam hal ini, musik sebagai komunikasi mencakup musik sebagai penarik perhatian, membuat audiens berperasaan positif, membuat audiens lebih menerima pesan iklan, dan membuat komunikasi yang mengandung arti terhadap produk yang diiklankan.
Iklan-iklan di indonesia banyak menggunakan jinggel, musik sebagai penguat dan pendukung iklan. Misalnya penggunaan jinggel pada iklan indomie. Seberapapun banyak versi iklan indomie joinggel yang dipakai tetap ‘jinggel indomie seleraku’ dan jinggel ini tidak mengalami perubahan. Perubahan hanya terletak pada aransemen musik tersebut. Misalnya jinggel indomie versi Padi, versi Gita Gutawa dan sekarang dilombakan ajang kreasi jinggel indomie. Hal ini akan memperkuat citra indomie di masyarakat. Contoh lain yaitu iklan aqua. Iklan air mineral aqua juga memiliki jinggel yang khas hanya meneriakkan berkali-kali kata ‘aQua’ dan dengan aransemen yang berubah-ubah meskipun hampir sama.



Gambar 7
Iklan Classmild versi musik konser
(Sumber: www. Marketinguadress.org)
Potongan iklan di atas memiliki daya tarik dalam hal musik dimana divisualisasikan sebuah konser musik yang beramai-ramai menyanyikan lagu jinggel Classmild. Kemeriahan dan semangat yang ditampilkan dengan melibatkan banyak personil dengan mengkombinasikan musik uang apik sebagai pengiringnya.
Daya tarik komparatif. Praktek dalam periklanan, komparatif langsung atau tidak langsung suatu produk dengan produk pesaing, yang mempromosikan bahwa produk tersebut superior dibanding produk pesaing dalam pertimbangan pembelian disebut iklan komparatif . Daya tarik iklan dari segi komparatif sangat mempengaruhi audiens. Dalam hal ini mata pikiran audiens dipaksa teliti untuk membandingkan produk satu dengan produk yang lain yang sedang diiklankan. Iklan komparatif lebih cocok untuk produk baru yang belum begitu dikenal oleh audiens. Misalnya iklan pemutih baju yg hasilnya dibandingkan dengan pemutih merek lain. Sabun detergent yang mencuci lebih bersih tanpa noda jika dibandingkan dengan detergent merek lain, begitu juga iklan sabun mandi yang berjanji melindungi tubuh dari kuman lebih lama dari sabun mandi biasa. Sebagai contoh iklan perang tarif kartu selular yang berkembang selama ini. Semakin bermunculannya kartu-kartu selular yang beredar di pasaran semakin ketat pula saingan tarif dan layanan. Baik itu antara CDMA dan GSM. Mereka berlomba-lomba melayani pelanggan senyaman mungkin dengan tarif yang semurah mungkin bahkan memberi gratisan tarif pada jam-jam tertentu. Strategi tersebut divisualisasikan langsung kedalam iklan. Misalnya iklan kartu selular Fren yang melayani pelanggan tidak usah ribet ganti kartu atau registrasi kalau keluar kota dibandingkan dengan Flexi yang harus registrasi nomor combo jika mau keluar kota. Demikian juga iklan perang tarif yang terjadi antara Simpati, Indosat dan Xl. Dalam hal ini audiens harus jeli menangkap isi pesan yang disampaikan iklan tersebut tanpa harus mengikuti arus dan disebut sebagai korban iklan.
Daya tarik Animasi. Daya Tarik Animasi biasanya ditujukan pada produk anak-anak, misalnya permen, alat tulis, susu, multivitamin dll. Teknik animasi biasanya dijadikan pilihan bila konsep iklannya sulit dieksekusi dengan mempergunakan aktor dari dunia nyata (real film). Misalnya animasi sapi biasanya digunakan untuk mengiklankan produk susu anak-anak, animasi bentuk kuman dan nyamuk. Selain itu juga buah-buahan sebagai sumber multivitamin. Animasi pahlawan atau tokoh idola anak-anak juga digunakan sebagai daya tarik iklan obat turun panas dll. Selain produk yang diperuntukkan bagi anak-anak daya tarik animasi juga digunakan pada iklan produk rumah tangga misalnya obat nyamuk domestos nomos. Efektivitas iklan animasi sendiri tidak tergantung kepada produknya, melainkan lebih kepada message apa yang ingin disampaikan. Pesan dari produk anti nyamuk adalah menghilangkan gangguan nyamuk itu dan tanpa iklan animasi pun hal ini bisa dibuat. Namun, untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari audiens dan target market, maka dipakailah animasi.
Daya Tarik perempuan, Perempuan dalam iklan televisi juga digambarkan memiliki citra pinggan, yaitu perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur, karena dapur adalah dunia perempuan (iklan mi instan)," . Di dalam banyak iklan terjadi penekanan terhadap pentingnya perempuan untuk selalu tampil memikat dengan mempertegas sifat kewanitaannya secara biologis, seperti memiliki waktu menstruasi, memiliki rambut yang panjang, lemah lembut, seksi. Perempuan adalah makluk Tuhan yang penuh dengan keindahan dan memiliki daya tarik tersendiri teutama bagi lawan jenisnya. Pencitraan perempuan dengan cita pigura semacam ini ditekankan lagi dengan menebar isu natural anomy, bahwa umur perempuan, ketuaan perempuan, sebagai momok yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan perempuan.
Iklan yang ditujukan untuk kaum laki-laki tidak terlepas dari penggunaan figur perempuan. Misalnya iklan Axe, Kuku Bima Energi, Iklan Mobil, dan Iklan alat rumah tangga.

Gambar 8
Program debat dove
(Sumber: www. Forrealbeauty_id.com)
Iklan-iklan dari program debat kecantikan yang diadakan produsen Sabun Dove melalui website www.forrealbeauty-id.com Tiga tampilan varian iklan tersebut mengajak audiens untuk melakukan proses selective perception atau melihat sisi lain dari sebuah obyek. Seorang wanita tomboy yang maskulin bisa lebih dipandang sebagai sosok yang manis. Seorang perempuan gendut dapat lebih dilihat sebagai sosok bertubuh sexy. Seorang perempuan beruban bisa juga dianggap sebagai sosok berambut menawan. Iklan-iklan tersebut memberikan sebuah pencerahan bahwa kecantikan itu bersifat relatif. Semua perempuan apapun kondisinya, pada hakekatnya tetap memiliki sisi kecantikannya sendiri-sendiri. Dengan demikian Sabun Dove mencoba mengangkat rasa percaya diri para wanita dengan mengajak berpikir positif yakni memandang sebuah kekurangan sebagai suatu kelebihan (perceptual defense).


Gambar 9
Iklan sabun Biore
(Sumber: www. Scylics.multiply.com)
Penggunanan model perempuan pada iklan Biore versi biore Pure Mild di atas menunjukkan bahwa perempuan dengan segala kelembutan, keceriaan dan kesegarannya mandi memakai Biore. Hal ini mengubah stereotip lama seorang perempuan sebagai kaum pinggiran. Keberadaan kaum perempuan dalam iklan justru memberi nilai tambah daya tarik produk kepada audiens yang berjenis kelamin laki-laki.
Memang ada iklan yang menonjolkan sisi kewanitaan yang cukup layak untuk ditayangkan, tapi sebagian besar iklan menampilkan peran artis wanita sebagai tokoh utama, lebih cenderung merendahkan martabat wanita dengan peran, ucapan, gerak, dan penampilan yang sensual dan seksi mereka di depan kamera televisi. Penampilan wajahnya harus anggun namun atraktif, tubuhnya sintal, bibirnya sensual, langsing dan memiliki daya pikat seksual, pakaiannya mutakhir. Dan cara yang ditempuh oleh media televisi adalah mempraktikkannya dalam presentase akting sang artis yang menjadi alat personifikasi untuk industri, dengan tubuh sebagai kekuasaan dan pusat kesadaran
kesimpulan
Secara sederhana iklan tidak jauh dengan komunikasi. Periklanan merupakan bentuk presentasi dari promosi non pribadi tentang ide barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Sementara kita paham dunia iklan selalu mengekspos kemudahan dan kemewahan yang memang mempunyai tujuan untuk menginformasikan suatu hasil produk kepada masyarakat. Ribuan iklan di Indonesia berlomba-lomba merebut audiens sebagai sasarannya. Iklan baik dan iklan jelek bermunculan dan berkembang cepat. Pengertian teori seni sebagai komunikasi dan ekspresi tidak jauh dari iklan sebagai media komunikasi antar produsen dan konsumen dengan daya ekspresi kreativitas di dalam berkarya untuk menghailkan sebuah karya iklan.
Dalam membuat iklan bukan hanya kreativitas yang dibutuhkan tetapi target audiens atau analisis pangsa pasar harus dipahami. Sebuah biro iklan atau kreator iklan harus jeli dalam mengamati perkembangan atau moment yang sedang ataupun yang mau terjadi. Biro iklan harus berpikir bagaimana membuat iklan yang bagus dengan kandungan eye catcher di dalamnya. Daya tarik atau eye catcher iklan dapat diterima oleh audiens dan tertancap di benak konsumen disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
- Kontinuitas : iklan yang baru harus ditampilkan sesering mungkin tetapi tidak membuat bosan audiens. Terutama bagi produk yang baru pertama kali dikenalkan.
- Memiliki daya tarik yang khas. Misalnya penggunaan figur artis, humor atau parodi, kesalahan atau kombinasi diantaranya.
- Untuk iklan media cetak pemilihan warna, tipografi, lay ot dan gaya desain menentukan eye catcher iklan yang akan ditampilkan.
Berhasil tidaknya sebuah iklan yang ditampilkan sangat ditentukan oleh kualitas iklan, eye catcher, brand dan dapat dibuktikan dengan daya beli masyarakat terhadap produk tersebut setelah pemasangan iklan. Iklan yang bagus tidak menutup kemungkinan iklan itu dikatakan berhasil. Karena tujuan iklan adalah menjual produk, sehingga jika iklan ditamp[ilkan dan daya beli masyarakat tetap atau menurun maka daopat dikatakan bahwa iklan tersebut tidak berhasil di pasaran.






DAFTAR PUSTAKA

Bungin Burhan, Imaji Media Massa, Yogyakarta,Jendela, 2001
Hakim, Budiman, Lanturan Tapi Relevan: Dasar-dasar Kreatif Periklanan Yogyakarta, Galang Press, 2005.

Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan:Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1992

Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992

Noviani, Ratna. Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002

Read, Herbert, Seni: arti dan problematikanya. Terjemahan Soedarso Sp., Yogyakarta, Duta Wacana University Press, 2000

Setiyono, Budi (ed), Cakap Kecap (1972-2003), Jakarta, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia 2004

Shimp, Terence A., Advertising and promotion:suplemental aspect of integrated marketing communications, 5thEdition, The Dryden Press. 2003,

Soedarso.Sp., Trilogi Seni ; Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni, BP. ISI Yogyakarta, 2006

Suhandang, Kustadi. Periklanan: Manajemen, Kiat dan Strategi, Bandung, Nuansa, 2005

Susanto, Dr. Phil Astrid S, Komunikasi dalam teori dan praktek 3, Bandung, Binacipta, 1989,

Suyanto, M., Strategi Perancangan iklan televisi perusahaan top dunis, Yogyakarta. Andi Offset, 2005

Piliang,Yasraf A, Hiper-realitas kebudayaan, Yogyakarta.LkiS, 1999

Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Desain Oblong Dagadu Djogja, jurnal ilmu komunikasi, program ilmu komunikasi Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta, volume 3, nomor 1 Juni 2006

Widyatama, Rendra, Pengantar Periklanan, Jakarta, Buana Pustaka Indonesia, 2005.
































PERANAN ‘EYE CATCHER’ DALAM IKLAN
DAN MASALAH PENCARIANNYA



Oleh:
Nova Kristiana
Pengkajian Seni DisKomVis

Tidak ada komentar: